Spamduk

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 17 Januari, 2014.]

KIRANYA susah membayangkan suatu bangsa yang lebih menggemari spanduk daripada bangsa Indonesia. Ada kumpulan spanduk di setiap sudut jalan. Tiada peristiwa, hal, atau keadaan yang tidak bisa digarisbawahi oleh spanduk. Ada spanduk berisikan ucapan selamat (Selamat Natal! Selamat Lebaran! Dirgahayu RI! Selamat Datang!), pesan politik (Pilihlah aku! Hentikan korupsi! Saya bisa menyejahterakan Anda!), pesan moral (Shalat sebelum dishalatkan! Patuhilah aturan lalu lintas! Hormatilah penganut agama lain!), ajakan (Hadirilah seminar ini!), iklan (Minumlah produk ini! Belilah pulsa sebanyak-banyaknya!), dan lain-lain. Di dunia maya pun situasinya sama: di setiap layar ada spanduk digital yang menyampaikan sejumlah pesan yang jauh lebih sering mengganggu daripada bermanfaat.

Lanjut membaca