Berapa umat?

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 13 Juni 2015]

Belum lama ini, koran yang Anda pegang sekarang mewartakan bahwa “20.000 umat Buddha Hadiri Perayaan Waisak di Candi Borobudur” (1 Juni, 2015). Sehari setelah itu, diberitakan juga bahwa “Jokowi Rayakan Waisak Bersama 20.000 umat Buddha di Borobudur”. Membaca berita ini, saya agak kaget. Memang, Borobudur nan ajaib dan menawan itu cukup besar dan luas, tapi apakah benar sebanyak umat itu bisa mengumpul di tempat yang sama? Dan apakah ada sebanyak umat itu?

Saya berenung sebentar dan ingat sebuah “gelar” yang dulu selalu menempel pada seorang juru khotbah atau pendakwah yang amat populer pada zamannya. Orang itu adalah KH Zainuddin MZ dan gelarnya tentu saja dai sejuta umat. Ceramahanya selalu memikat setiap pendengar (termasuk penulis kolom ini yang masih menyimpan beberapa rekaman dalam bentuk kaset), dan menurut Wikipedia ia diberi gelar tadi karena ceramahnya “sering dihadiri puluhan ribu ummat” (ya, dengan dua “m”).

Saya jadi berpikir: suatu umat itu apa sebenarnya? Jika kita ikuti kebiasaan lama dan merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka arti pertama yang akan kita dapati adalah “para penganut (pemeluk, pengikut) suatu agama; penganut nabi”. Adapun arti kedua yang berbunyi: “makhluk manusia” dengan contoh umat manusia yang diartikan sebagai “sekalian (bangsa) manusia”. Dengan kata lain, cukup jelaslah bahwa umat itu menandakan orang dalam bentuk jamak. Satu umat manusia itu tidak sama dengan satu orang, karena umat itu selalu mengandung makna jamak. Dengan analogi yang sama, umat Buddha itu sekumpulan orang Buddha. Dengan begitu, yang datangi candi akbar di luar Magelang itu sepertinya bukan duapuluh ribu umat tapi hanyalah satu.

Mungkin sebagian orang akan argumentasikan bahwa umat Buddha di Indonesia tidak selalu berdiri secara kompak dan bersama, dan bahwa umat Buddha sebenarnya bercabang-cabang dan terdiri dari beberapa umat yang lebih kecil. Mungkin saja betul. Meski begitu, saya cukup yakin bahwa umat Buddha Indonesia tidak terdiri dari 20.000 cabang, dan bahwa semuanya datang guna menghadiri perayaan Waisak di Borobudur akhir-akhir ini. Saya juga cukup yakin bahwa orang-orang yang memilih untuk menghadiri ceramah Zainuddin memiliki pandangan keislaman yang agak mirip satu sama lain, dan bisa dikatakan termasuk umat (Islam) yang sama. Gelar yang lebih tepat, yakni dai satu umat barangkali kurang mengena.

Kata umat tetap seringkali dipakai seolah-olah bisa diartikan sebagai “satu orang penganut suatu agama” (“10 Ribu Umat Ikuti Pawai HTI Riau”, “20 Ribu Umat Hindu Padati Candi Prambanan”) atau “satu orang pendukung suatu pemuka agama” (“Dai Sejuta Umat”).

Satu pemikiran pada “Berapa umat?

  1. Hej … mitt namn neneng …
    Hur mår du …

    Salam kenal …
    Aku tertarik dengan bahasa swedia … tapi mendapatkan kamus anda sangat susah … sekali …

    Jika beli lewat online bisakah anda memberikan alamatnya dimana yang jual … saya tinggal di bekasi …
    Tack ….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *