Kok dan Bulu Tangkis

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 6 April, 2019]

Bola bulu tangkis biasa kita sebut kok. Menyebutnya bola sebenarnya terasa agak janggal, sebab kata ini mengisyaratkan benda bulat, jadi cukup praktis ada kata sendiri: kok. Tapi dari mana kata ini berasal? Orang Inggris sering menyebut bola badminton ini shuttle yang merupakan singkatan dari shuttlecock. Kata ini sudah ada sejak bulu tangkis mulai jadi populer di Inggris pada abad ke-19, dan bahasa Indonesianya kok berasal dari bagian terakhir kata ini, yang berarti ‘ayam jantan.’ Dengan demikian shuttlecock bisa diartikan sebagai ‘ayam jantan yang mondar-mandir’, ‘ayam jantan yang hilir-mudik’ atau barangkali ‘ayam jantan yang lalu lalang.’ Setiap orang yang dengan mata capai pernah menonton pertandingan bulu tangkis sudah tahu bahwa bola yang berbentuk khas itu memang bagaikan ayam yang hilir-mudik tanpa tahu lelah. Bola yang asli (tidak berbahan plastik) juga terbuat dari bulu angsa atau bebek, yang dengan mudah dapat menyerupai ayam. Mengapa bahasa Indonesia menyerap shuttlecock dalam bentuk kok, dan bukan syatel (shuttle) ataupun ayam saja, saya tidak tahu. Orang Inggris juga mengenal istilah bird atau birdie sebagai sinonimnya, tapi burung jelas bukan nama lain untuk kok ini.

Cabang olahraga yang memakai kok ini saya sebut di atas sebagai bulu tangkis. Nah, dalam ucapan ini, bulu (ayamnya) baru muncul! Namun, istilah bulu tangkis sendiri sering membuat saya bingung. Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak menyediakan penjelasan untuk kata tangkis, tapi merujuk langsung ke menangkis, yang artinya “1. menolak atau menahan (pukulan atau serangan dng senjata dsb) dng menggunakan tangan, perisai, dsb), 2. menghadapi, melawan, dan menggagalkan (serangan dsb), 3. menahan dan memukul kembali, 4. menjawab, menanggapi (kecaman, tuduhan, dsb)”. Saya belum yakin penjelasan yang manakah yang semestinya dipakai untuk bulu tangkis, yang menurut KBBI adalah “olahraga dng memakai raket dan kok yang dipukul melampaui jaringan yg direntangkan di tengah lapangan”.

Di bawah lema bulu tangkis terdapat pula kata badminton, yang memang kita kenal sebagai sinonimnya. Namun, kata apa lagi ini? Kata ini juga berasal dari bahasa Inggris, dan sudah jadi bagian dari puluhan bahasa lain (termasuk bahasa saya, bahasa Swedia). Badminton itu sebenarnya sebuah properti besar di Gloucestershire, Inggris, yang merupakan kemilikan adipati Beaufort. Badminton berasal dari Badimyncgtun, yang artinya “tempatnya Baduhelm”. Nama ini sudah dikenal sejak tahun 900-an. Sebenarnya tidak jelas apakah olahraga badminton muncul di Badminton pertama kali atau barangkali dibawa kembali ke Inggris dari India, tapi tradisi setempat di Badminton mengatakan bahwa bulu tangkis memang lahir di situ pada musim dingin pada tahun 1863. Musim dingin tahun tersebut konon amat dingin, sampai tidak ada yang berani bermain di luar. Anak-anak adipati yang ke-8 hanya berani bermain di dalam rumah dengan bola yang sangat ringan ini supaya lukisan-lukisan besar ataupun hiasan lain tidak rusak gara-gara permainan anak itu.  

Di Indonesia, yang sudah mencetak sejumlah pebulutangkis kelas dunia, cabang olah raga ini disebut baik badminton maupun bulu tangkis. Di satu pihak, organisasi nasional yang menampung pemain-pemain badminton ini dari Sabang sampai Merauke memiliki nama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), tapi LSS-nya (Lokator Sumber Seragam, atau URL) adalah badmintonindonesia.org.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *