Selamat Melanjutkan!

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada tanggal 3 Februari 2006.]

Beberapa hari setelah hari Natal (yang ngomong-ngomong dirayakan pada tanggal 24 Desember di Swedia), istri saya ada keperluan ke tukang sepatu. Sewaktu ia sampai di toko kecil yang dituju, sang tukang pertama-tama mengucapkan, ”Selamat melanjutkan!” walau istri saya baru datang.

Dengan perasaan aneh ia membalas ucapan sang tukang dengan, ”Sama-sama Pak.” Kemudian pada awal tahun baru 2006, kakak saya menelepon dan juga mengucapkan, ”Selamat melanjutkan,” kepada istri saya. ”Sama-sama Mas,” sahut istri dengan bingung.

Merantau ke negeri orang pasti menyebabkan kebingungan bahasa. Di keluarga kami di mana bahasa Indonesia merupakan bahasa utama sedangkan bahasa Swedia merupakan bahasa mayoritas di sekeliling kami, kenyataan ini sangat benar. Bisa dikatakan kami bergantung pada kedua bahasa ini dan harus bisa menerjemahkan ucapan dan kata di antaranya tanpa banyak pikir-pikir. Keadaan ini pasti sudah dikenal semua keluarga beraneka bahasa. Pada umumnya penerjemahan ini tidak banyak menimbulkan masalah karena kedua bahasa punya kata atau ucapan yang sebanding.

Namun, terjadi pula bahwa suatu kata atau ucapan begitu erat terkait dengan kebudayaan tempat bahasa dipakai, sampai terjadi kesusahan dan kebingungan penerjemahan. Pembaca yang secara rutin menyimak kolom bahasa ini tahu bahwa saya sangat tidak suka jika dua atau lebih bahasa dicampur dengan seenaknya. Maka, saya sekeluarga berusaha mencari penerjemahan yang tepat kepada setiap kata atau ucapan.

Dalam bahasa Swedia ada beberapa kata yang sering dipakai namun susah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Salah satunya ialah kata fika yang artinya kira-kira ‘minum kopi atau teh sambil makan kue kecil-kecil’ dan ini pada umumnya terjadi di antara makan pagi dan makan siang atau di antara makan siang dan makan malam. Tentu saja orang Indonesia juga suka minum kopi dan teh, tapi tidak ada ”ritus” fika sebagaimana ada di Swedia (orang Swedia termasuk peminum kopi terberat di dunia).

Kata fika ini juga mengisyaratkan suasana santai dan istirahat, dan dengan demikian pencarian kata bahasa Indonesia yang tepat semakin susah. Kami sudah mencoba pakai makan kecil ataupun menyemil dan bercemilan. Semuanya terasa tidak pas, atau malah keliru.

Kata uteplats juga menyebabkan kebingungan. Secara harafiah kata ini berarti ‘tempat (di) luar’. Namun, uteplats ini lebih dari sekadar tempat di luar karena ia tempat nyaman dan terlindungi di kebun yang dipakai untuk istirahat dan makan dan minum.

Oleh karena orang Swedia hanya bisa memakai kebun-kebunnya sekitar enam bulan per tahun (dengan alasan iklim), maka mereka sering tergila-gila akan kebunnya dan tumbuh-tumbuhan di dalamnya. Dengan demikian, kata uteplats melahirkan perasaan cukup enak di hati jika didengar telinga Swedia. Lebih lagi jika ada yang mengusulkan fika di sana.

Ada pula kata dan ucapan dalam bahasa Indonesia yang susah dicari padanannya dalam bahasa Swedia. Kelompok ini termasuk kata dan ucapan seperti masuk angin, silaturahmi, jamu, dan salat. Mengapa? Karena masuk angin lebih dari sekadar pilek atau flu, silaturahmi lebih dari sekadar kunjungan kesopanan, karena jamu lebih dari sekadar obat tradisional, dan karena salat berbeda dengan berdoa.

Mengenai peribahasa, dapat dikatakan mereka lebih baik tidak diterjemahkan sama sekali. Meski demikian, terdengar pula di rumah kami pengalihan peribahasa yang diterjemahkan secara langsung dari bahasa Swedia ke bahasa Indonesia. Dapat diperkirakan bahwa ucapan-ucapan ini hanya masuk akal di rumah kami saja, dan berkemungkinan besar orang lain akan merasa semakin bingung jika diserukan bahwa mereka hendaknya ”tidak menggambarkan setan di dinding” atau ”jangan melemparkan batu di rumah kaca”.

Kembali ke awal lagi, ”selamat melanjutkan” merupakan singkatan dari ”selamat melanjutkan liburan Natal” atau ”selamat melanjutkan tahun baru”.

Ngomong-ngomong, bisakah diterima di Indonesia hari-hari ini ”selamat melanjutkan” sebagai singkatan dari ”selamat melanjutkan tahun baru Imlek” atau ”selamat melanjutkan tahun baru Hijriah”?

Penulis Sudah Menyelesaikan Kamus Swedia-Indonesia, Tinggal di Landskrona, Swedia

Satu pemikiran pada “Selamat Melanjutkan!

  1. Ucapan ketika hari raya dalam bahasa Arab “kullu ‘am wa antum bikhair” yang secara harfiah berarti “Setiap tahun Anda baik” juga susah dicerna bahasa Indonesia. Akhirnya orang Indonesia membuat ungkapan -yang walaupun masih dalam bahasa Arab- tapi maknanya aneh : “minal aidin wal faizin”. Saya pernah mendengar kalimat lengkapnya adalah doa dengan menambahkan: “Allahumaj’alna” di depannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *