Jeruk Bali

[Tulisan ini pertama kali dimuat di Harian Kompas pada 26 Mei, 2020

Belum lama ini saya mendapatkan jeruk bali di Swedia, seolah-olah kejatuhan durian. Saya pun bergegas-gegas pulang dan menjelaskan kepada anak-anak bahwa buah ini adalah jeruk bali, bukan jeruk Bali apalagi Jeruk Bali. Mereka kelihatan bingung. Saya lanjutkan: Ya, sama seperti bahwa di kota eyang dan kakung tidak pernah ada sate Blora melainkan hanya sate blora. Mereka kelihatan lebih bingung lagi.

   Penulisan seperti jeruk bali atau sate blora ini dijelaskan di Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia: ‘Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.’ Dengan demikian, tidak ada petai Cina atau nangka Belanda melainkan hanya petai cina dan nangka belanda. 

    Kembali ke jeruk bali. Mengapa jeruk ini disebut begitu? Apakah hanya tumbuh di Bali? Apakah berasal dari Bali? Apakah buah yang paling enak tumbuh di Bali? Apakah Bali merupakan penghasil terbesar buah ini? Citrus maxima atau Citrus grandis (‘jeruk paling besar’) ini pada umumnya disebut pomelo di bahasa-bahasa dunia, dan kata ini berasal dari kata pompelmoes yang memiliki asal-usul yang samar. Ada yang berpendapat asalnya ada pompoen (labu) dan ada pula yang berpendapat bahwa asalnya adalah pompel (besar) dan limoes (jeruk). Bisa juga istilah bahasa Portugal pomo limões (buah jeruk) yang merupakan dasarnya. 

   Nah, apakah pohon ini hanya tumbuh di Bali? Jelas tidak. Pohon ini tumbuh secara liar di Asia Tenggara. Meski begitu, Amerika Serikat merupakan penghasil terbesar buah ini sekarang, disusul oleh China dan Mexiko. Pohon ini sudah terdapat di China setidaknya dua ribu tahun, dan buahnya sekarang jadi bagian penting dalam perayaan tahun baru di sana.

   Daerah penghasil buah jeruk bali di Indonesia yang paling terkenal bukan Bali melainkain Jawa, khususnya Pati. Ngomong-ngomong, masyarakat Bali pasti bangga dan senang, ya, sudah ikut memberi nama kepada buah dan pohon ini di Indonesia? Mungkin juga tidak, karena di sana istilah bahasa Indonesia jeruk bali tidak pasti dipakai. Orang Bali sendiri lebih cenderung menyebutnya jeroti. 

   Mengingat ini semua, apakah pantas pohon dan buah ini tetap disebut jeruk bali? Menurut Kementerian Pertanian, sudah tidak pantas. Kementerian ini menyarankan nama pomelo sekarang, mengingat “jeruk ini tidak ada kaitannya dengan Bali”. Menurut saya, mungkin pendapat ini terlalu kaku. Jeruk Bali kan masih ada kaitannya dengan Bali, walau dia juga ada kaitan dengan daerah-daerah lain juga. Sate blora yang disantap di Yogya tetap saja sate blora, dan pecel madiun yang dinikmati di Swedia tetap saja pecel madiun. 

   O ya, mengenai asal-usulnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan tegas mengatakan bahwa ini merupakan “pohon asli Indonesia”. Menariknya, KBBI ini juga ada lema pomelo yang diartikan sebagai “nama yang diberikan orang Inggris untuk jeruk bali, berkulit tebal, isi buah berwarna merah”. Dengan demikian, sepertinya ada diskrepansi di antara pendapat Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai nama pohon dan buah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *